Seorang anak laki-laki bertanya kepada ibunya "Mengapa engkau menangis?""Karena aku seorang wanita," dia berkata kepada anaknya."Aku tidak mengerti," jawab anak laki-laki tersebut.
Sang ibu memeluk anaknya dan berkata "Dan kau tidak akan pernah mengerti" Kemudian anak laki-laki tersebut bertanya kepada ayahnya "Mengapa ibu menangis tanpa ada alasan?"
"Semua wanita menangis tanpa ada alasan," hanya itu yang bisa dikatakan ayahnya.Anak laki-laki itu tumbuh dan menjadi seorang laki-laki dewasa, dan tetap merasa heran mengapa wanita menangis.
Akhirnya dia menelepon Tuhan, dan ketika sudah terhubung, dia bertanya, "Tuhan, mengapa wanita begitu mudah menangis?"Tuhan berkata "Aku menciptakan wanita istimewa. Aku menciptakan baginya bahu yang kuat untuk memikul beban dunia, tapi begitu lembut sehingga dapat memberikan kenyamanan."
"Aku memberinya kekuatan untuk melahirkan dan menahan penolakan yang kerap muncul dari anak-anaknya"
"Aku memberinya keteguhan yang membuatnya dapat tetap bertahan di saat semua orang sudah menyerah, dan tetap memperhatikan keluarganya tanpa mengeluh saat sedang lelah maupun sakit."
"Aku memberinya kepekaan untuk mencintai anak-anaknya dalam keadaan apapun, meskipun mereka menyakitinya."
"Aku memberinya kekuatan untuk bisa memaklumi kesalahan-kesalahan suaminya, menciptakannya dari tulang rusuk suaminya untuk melindungi hatinya"
"Aku memberinya kearifan untuk mengetahui bahwa seorang suami yang baik tidak akan pernah menyakiti istrinya, tetapi kadang-kadang menguji kekuatan dan ketetapan hatinya untuk tetap teguh mendampingi suaminya"
"Dan akhirnya, Aku memberinya air mata untuk dicurahkan. Ini khusus miliknya untuk digunakan kapanpun diperlukan."
"Kau lihat: Kecantikan seorang wanita tidak terletak pada pakaian yang dikenakannya, penampilan fisiknya, atau cara dia menyisir rambutnya."
"Kecantikan seorang wanita dapat dilihat melalui matanya, karena mata adalah pintu menuju hatinya, tempat dimana cinta bersemayam."Setiap Wanita Cantik
Selasa, 21 November 2017
Senin, 20 November 2017
Bahkan Malaikat pun Bertanya
Buku ini berangkat dari keprihatinan penulisnya setelah melihat banyak orang Islam di negerinya menghindari atau bahkan menghindari Islam, lantaran tidak mampu mendamaikan agama yang mereka warisi dengan pandangan Barat-sekuler yang mereka peroleh.
Fenomena yang sesungguhnya melanda nyaris semua negeri muslim ini telah membelah umat Islam ke dalam dua kubu yang berlawanan: mereka yang membekukan dirinya dalam tradisi lama dan mereka yang mengekor pada peradaban Barat.
Yang pertama memandang pemikiran Islam terdahulu sebagai rujukan ideal, yang kedua melihat Barat sebagai puncak peradaban. Yang pertama kaum "fundamentalis" yang kedua kaum "liberal". Kedua kelompok itu sama "menyesatkan".
Agar tidak terperangkap dalam bahaya itu, Dr. Jeffrey Lang, lewat buku yang dalam rating Amazon.com mendapat bintang lima ini, menganjurkan agar umat Islam senantiasa mengembangkan sikap kritis, baik dalam memandang realitas-faktual yang muncul maupun, dan terutama, dalam memahami pesan-pesan itu sendiri.Menurut mualaf Amerika, penulis buku terkenal Struggling to Surrender ini, cara paling efektif untuk menghadapi bahaya itu bukanlah mencegah timbulnya pertanyaan atau kritik.
Justru sebaliknya, komunitas muslim harus terus mendorong kedua hal itu. "Kita akan cenderung berbuat salah bila tidak mau bersikap kritis pada diri sendiri." Kita harus selalu bertanya dan mempertanyakan. Bahkan malaikat, yang sangat dekat dengan Tuhan, pun bertanya! Mereka "berani" mempertanyakan kebijakan Tuhan menunjuk khalifah di muka bumi: Apakah Engkau akan jadikan di sana makhluk yang berbuat kerusakan dan menumpahkan darah?
Buku ini membawa pembaca mengarungi perjalanan spiritual-intelektual dengan mendiskusikan konflik-konflik yang terjadi antara agama dan akal, rintangan-rintanagn yang dipasang oleh kaum muslim sendiri yang menghalangi orang untuk memeluk islam, ekstremisme dalam komunitas Islam, dan lain-lain.
"Membaca buku ini," tulis Jalaluddin Rakhmat, "dari awal sampai akhir adalah ,mengikuti perjalanan spiritual bukan saja orang muslim Amerika tetapi juga perjalanan intelektual muslim di mana pun, ketika ia dihadapkan pada kegelisahan karena benturan Islam konseptual dan Islam aktual….
Ia menulis dengan sangat persuasif. Ia meyakinkan kita tidak saja dengan argumentasi yang logis dan tidak terbantahkan, bukan hanya dengan dalil akli dan nakli. Ia juga menyentuh emosi kita dengan kisah-kisah yang terkadang jenaka, terkadang mengahrukan.
Fenomena yang sesungguhnya melanda nyaris semua negeri muslim ini telah membelah umat Islam ke dalam dua kubu yang berlawanan: mereka yang membekukan dirinya dalam tradisi lama dan mereka yang mengekor pada peradaban Barat.
Yang pertama memandang pemikiran Islam terdahulu sebagai rujukan ideal, yang kedua melihat Barat sebagai puncak peradaban. Yang pertama kaum "fundamentalis" yang kedua kaum "liberal". Kedua kelompok itu sama "menyesatkan".
Agar tidak terperangkap dalam bahaya itu, Dr. Jeffrey Lang, lewat buku yang dalam rating Amazon.com mendapat bintang lima ini, menganjurkan agar umat Islam senantiasa mengembangkan sikap kritis, baik dalam memandang realitas-faktual yang muncul maupun, dan terutama, dalam memahami pesan-pesan itu sendiri.Menurut mualaf Amerika, penulis buku terkenal Struggling to Surrender ini, cara paling efektif untuk menghadapi bahaya itu bukanlah mencegah timbulnya pertanyaan atau kritik.
Justru sebaliknya, komunitas muslim harus terus mendorong kedua hal itu. "Kita akan cenderung berbuat salah bila tidak mau bersikap kritis pada diri sendiri." Kita harus selalu bertanya dan mempertanyakan. Bahkan malaikat, yang sangat dekat dengan Tuhan, pun bertanya! Mereka "berani" mempertanyakan kebijakan Tuhan menunjuk khalifah di muka bumi: Apakah Engkau akan jadikan di sana makhluk yang berbuat kerusakan dan menumpahkan darah?
Buku ini membawa pembaca mengarungi perjalanan spiritual-intelektual dengan mendiskusikan konflik-konflik yang terjadi antara agama dan akal, rintangan-rintanagn yang dipasang oleh kaum muslim sendiri yang menghalangi orang untuk memeluk islam, ekstremisme dalam komunitas Islam, dan lain-lain.
"Membaca buku ini," tulis Jalaluddin Rakhmat, "dari awal sampai akhir adalah ,mengikuti perjalanan spiritual bukan saja orang muslim Amerika tetapi juga perjalanan intelektual muslim di mana pun, ketika ia dihadapkan pada kegelisahan karena benturan Islam konseptual dan Islam aktual….
Ia menulis dengan sangat persuasif. Ia meyakinkan kita tidak saja dengan argumentasi yang logis dan tidak terbantahkan, bukan hanya dengan dalil akli dan nakli. Ia juga menyentuh emosi kita dengan kisah-kisah yang terkadang jenaka, terkadang mengahrukan.
Langganan:
Postingan (Atom)